Senin, 27 Juli 2009

Agama Yahudi, Kristen dan Islam

Studi Agama Yahudi, Kristen dan Islam



Studi Agama ini tidak dimaksudkan untuk mempertajam perbedaan diantara Agama-agama yang telah ada di muka bumi ini, tetapi justru sebaliknya dengan mengetahui perbedaan dan persamaannya, maka diharapkan dapat memperkecil pertentangan-pertentangan yang seharusnya tidak terjadi dan tidak perlu terjadi karena tidak ada gunanya untuk dipertentangkan.


Studi agama ini membahas tentang persamaan-persamaan yang dikemas berbeda oleh masing-masing agama.


Studi dan agama ini, mencari Sumber dan asal mula suatu keyakinan dengan tujuan untuk mencari kebenaran hakiki tentang siapakah sebenarnya manusia dan siapakah penguasa jagad ini yang sampai sekarang masih merupakan suatu misteri dan hanya diketahui melalui tanda-tanda kekuasaanNYA.


Dengan kemampuan yang sangat minim, saya memberanikan diri untuk mencoba menyusun posting ini, dengan harapan agar dapat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan kita semua.


Kepada para ahli, saya mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun, segala kekhilafan adalah milik saya dan segala kebenaran milik Allah s.w.t.



BAB 1


Asal mula agama


Pada hakekatnya setiap Manusia mendambakan kebahagiaan, baik di-dunia maupun di-akhirat, tetapi jalan yang ditempuh untuk mencapai itu dapat sama dan ada pula yang berbeda menurut kepercayaan dan kenyakinannya masing yang melatar belakangi kehidupannya.


Manusia sejak dahulu kala sampai sekarang, masih selalu mencari hakekatnya Illahi, keyakinan dan kepercayaan adanya penguasa Jagad Raya demikian disebut dan dikenal sebagai Agama.


Semula tidak tertulis, karena manusia belum dapat membaca dan menulis, berkembang dan perkembangannya keyakinan dan kepercayaan dari mulut kemulut, kemudian terbentuklah kisah-kisah mitos, kisah-kisah mistik, kisah-kisah legenda para Dewa, kisah-kisah legenda pahlawan dan kepahlawanan yang dihubungkan dengan Dewa-Dewa dlsb.


Kisah-kisah demikian mempengaruhi kehidupan dan pola hidup masyarakat, kemudian terbentuklah kisah-kisah rakyat yang dihubungkan dengan mitos, mistik, legenda, kisah tradisional relegius dlsb. yang diwariskan dari generasi kegenerasi berikutnya sampai akhir jaman tidak akan dapat hilang dan kemudian kisah-kisah tersebut mempunyai otoritas/wibawa.


Otoritas atau wibawa itu semua diperoleh karena kisah-kisah tersebut terdapat unsur menakut-nakuti, apabila tidak ditaati perintahnya atau dilanggar larangannya dan akan memperoleh kebahagiaan apabila ditaati perintahnya.


Agama meskipun dilengkapi dengan kitab-kitab suci yang diyakini berasal dari Firman-Firman Allah, namun kisah-kisah mitos, kisah-kisah mistik, kisah-kisah legenda, kisah-kisah kerakyatan, kisah-kisah tradisional relegius dlsb. tetap mewarnai dan masih tetap hidup dikalangan masyarakat, karena mereka merasa semua kitab-kitab suci masih belum dapat menjawab persoalan-persoalan dan tantangan hidup yang mereka hadapi.


Hal tersebut dibuktikan dari kehidupan manusia yang tidak semuanya dalam satu naungan agama, meskipun masing-masing agama menurut keyakinan pemeluknya, dari Illahi.


Kitab - kitab suci terbentuk dan tertulis terkadang sulit untuk dimengerti, hal demikian dapat dimaklumi, karena tulisan dan tertulisnya jauh rentang waktunya dengan kehidupan kita.


Terbentuknya kitab-kitab suci diawali dari masa prasejarah, prailmiah, pra-logika, pra-penyatuan pemikiran Barat dengan pemikiran dan tradisi Timur.


Untuk dapat memahami apa makna yang terkandung didalam kitab-kitab suci tersebut diperlukan pengetahuan latar belakang hitorisnya seperti penemuan-penemuan kepurbakalaan, penemuan-penemuan para Ahli analisis, para ahli sastra atau perangkat-perangkat yang mengkritisinya, sehingga dapat diperoleh hal-hal yang mendekati pada kebenaran.


Sebagaimana kisah-kisah didalam Taurat ( Kitab sucinya Yahudi ), merupakan kisah-kisah prasejarah bangsa Israel dan Israel baru menjadi suatu bangsa setelah mereka menduduki dan menguasai tanah Kanaan, kemudian ditulis merupakan suatu rangkaian sejarah tradisional religius dgn menokohkan orang-orang tertentu yang ditunjuk Illahi sebagai utusan, seka ligus simbul atau sentral religiusnya.


Tokoh sentral riligius oleh kaumnya ditempatkan pada tempat paling tinggi dan terhormat kedudukannya, dibandingkan dengan manusia-manusia lainnya dan bahkan siap mempertaruhkan nyawanya untuk membela, mempertahankan kehormatan dan ajarannya, tetapi tingkatannya masih dibawah Illahi Sang Maha Pencipta.


Karena itu antara satu agama dengan agama lainnya, tidak dapat dipisahkan begitu saja dan saling kait mengkait, meskipun jauh rentang waktunya.


Apa lagi kehidupan agama yang masih berdekatan, sebagaimana antara Yahudi dengan Kristen demikian pula antara, Kristen dengan Islam.


Jika diteliti dengan cermat, ketiga-tiganya menceritakan tentang sejarah Bangsa Israel dan Bangsa Arab yang dibumbui dengan pesan-pesan moral dan perbaikan aklaq yang bersumber dari Illahi dan mengaitkan kisah asal usul mereka dengan kisah permulaan alam semesta dan sejarah Manusia dimasa Purbakala.


Kisah-kisah tersebut dirangkum dan dirangkai memerlukan waktu berabad–abad lamanya.


Penyebutan Allah didalam kelima kitab pertama Kitab Suci (Pentateukh), disebut de-ngan Yahwe (YHWH ), kemudian oleh orang Kristen disebut dengan Allah dan yang terakhir dengan “ TUHAN ALLAH “ kemudian oleh orang Islam disebut dengan “ ALLAH “ .


Diawali dari Adam a.s. dan titik tolaknya di Ibrahim a.s. yang sekaligus menyatakan bahwa Bangsa Israel dengan Bangsa Arab masih mempunyai hubungan saudara.


Mereka satu ayah dengan ibu yang berbeda, Bangsa Israel dari Ibu Sarah berputra Ishak dan Bangsa Arab dari Ibu Siti Hajar berputra Ismail.


Sedangkan Hindu diawali dengan Pari Kesit sebagai cikal bakal manusia yang hidup dan berkembang sampai sekarang.

BAB 2


Kitab-kitab suci agama


Yahudi, Kristen dan Islam mengakui keberadaan Adam as. dan rasul-rasulNya.


Untuk Yahudi sampai dengan Musa as. dan diakui sebagi Utusan Allah yang terakhir. Kitab sucinya Taurat.


Untuk Kristen sampai dengan Isa as. dan diakui sebagai Utusan Allah yang terakhir dan sekaligus diakui sebagai Anak Allah yang disebut pula dengan Isa Almasih (Isa tidak berbapa) atau Yesus Kristus (Yesus yang suci) atau Sang penebus. Kitab sucinya Injil.


Untuk Islam sampai dengan Muhammad saw. sebagai Utusan Allah yang terakhir dan terkasih serta terbesar. Kitab sucinya Al Qur’an.



Kisah–kisah Adam a.s. sampai dengan Isa as semuanya dikisahkan dalam tulisan dan bahasa Ibrani.


Di-Syariatkan Allah bahwa hubungan yang akan ditemukan orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrik.


Sedangkan yang paling akrab hubungan kasih sayangnya dgn orang-orang yang beriman ialah dengan orang-orang Kristen (Nasrani), ka rena golongan orang-orang Kristen (Nasrani) terdapat para Uskup dan para Pendeta, lagi pula mereka tidak sombong. (Al Maidah – Q S. 5 – 82).



Kisah-kisah dalam ketiga kitab suci tersebut mirib dengan kisah Dewa-Dewa yang dikemas dalam kemasan yang berbeda tetapi pada hakekatnya sama.


Di-dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an dikisahkan bahwa Allah sebagai penguasa tunggal dalam pekerjaannya mengawasi dan menjaga Jagad Raya beserta isinya termasuk pengawasan terhadap Manusia, Allah dibantu oleh pembantu setianya yaitu para Malaikat.


Dalam Hindu, dikisahkan bahwa Dewa Penguasa atau Sang Hyang Widhi Wasa dibantu oleh para Dewa lain sebagai bawahan yang tunduk dan setia pada Sang Hyang Widhi Wasa.


Al Kitab Yahudi (Taurat) maupun Al Kitab Kristen (Injil), mengisahkan tentang Allah mencip takan dunia dan Manusia yang terfokus dan berakhir pada sejarah terbentuknya Bangsa Israel yang sekaligus menyatakan bahwa Palestina adalah haknya berdasarkan warisan dari Ibrahim a.s. yang diperoleh dari perjanjian dengan Allah dan sedikit menyinggung cikal bakal Bangsa Arab yang juga diakui sebagai saudaranya seayah lain ibu, namun derajadnya diposisikan lebih rendah karena ibunya cikal-bakal Bangsa Arab adalah bekas budak atau pembantu ayahnya, hadiah dari Fir’aun, Raja Mesir.


Al Qur’an tidak menceritakan secara terperinci kisah-kisah sejarah tersebut dan untuk memperoleh kejelasan dari cerita sejarahnya dise rahkan sendiri kepada pemeluknya untuk mencari dan memperoleh sumbernya.


Ternyata orang Islampun tidak dapat melepaskan diri dari cerita-cerita mitos, mistik, legenda, hikayat, kisah kepahlawanan, kisah-kisah tradisi kerakyatan dan kisah-kisah tradisi religius dlsb. Kemudian dianggap merupakan bagian untuk melengkapi Al Qur’an yang tidak dapat dipisahkan lagi.


Sebagaimana kisah Ibrahim as. yang mengurbankan Ismail as. untuk dipersembahkan kepada Allah, bukan berasal dari Al Qur’an melainkan diperoleh dalam alkisah, tetapi dianggap sebagai pelengkap Al Qur’an. Demikian juga dengan asal mula sumber air zam-zam keluarnya air karena tanah ditendang-tendang Ismail as. Sewaktu menangis kehausan.


Sedangkan Al Kitab Yahudi (Taurat) maupun Al Kitab Kristen (Injil), sejarahnya bersumber dari cerita-cerita rakyat, kisah-kisah legenda, hikayat-hikayat para Dewa, kisah-kisah mitos, kisah-kisah mistik, kisah-kisah tradisi-tradisi relagius yang mempunyai otoritas/wibawa yang sangat mempengaruhi kehidupan dan pola hidup masyarakat waktu itu.


Bandingkan dengan orang-orang Indonesia, kisah-kisah mitos, kisah-kisah mistik kisah-kisah legenda kedewataan dan kepahlawanan, hikayat-hikayat , cerita-cerita rakyat, kisah-kisah tradisi dan kisah-kisah tradisi religius dlsb. ternyata masih sangat mempengaruhi kehidupan dan pola hidup mereka.


Pengaruh cerita-cerita demikian berjalan terus dari generasi kegenerasi berikutnya, bahkan dianggap sebagai warisan religius atau warisan budaya leluhur yang harus dilestarikan.


Kisah-kisah demikian meskipun tidak tertulis ternyata juga tidak dapat terhapus dari kepercayaan masyarakat sampai hari ini dan mungkin bahkan sampai hari kiamat dunia ini.


Demikian juga dengan komonitas Yahudi, Kristen dan Islam, sampai hari ini ternyata, juga tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh cerita-cerita yang mengandung mitos-mitos, mistik-mistik, hikayat-hikayat, legenda-legenda, cerita tradisi religius dlsb.




BAB 3


Kisah Adam as. & Siti Hawa


Sejarahnya diawali dari Allah menciptakan Jagad Raya yang dahulunya dikuasai oleh kegelapan (sebagai lambang dari kuasa kejahatan), kemudian diciptakannya terang untuk mengatasi kegelapan/kejahatan itu.


Kisah penciptaan jagad raya seisinya, Allah memerlukan waktu tujuh massa/hari dan Allah menyelesaikan karyaNya di-massa/hari ketujuh yaitu dihari Sabtu dan untuk itu hari Sabtu disebut sebagai hari sabat atau hari istirahat yang harus dihormati oleh seluruh Manusia di muka bumi ini agar tidak melakukan pekerjaan apapun juga selain beribadah kepada Allah.


Hari beribadah kepada Allah untuk orang Yahudi ditetapkan hari Sabtu/Sabat sedangkan orang Kristen hari beribadah atau hari kebaktian kepada Allah ada yang masih tetap mengikuti hari Sabtu dan ada pula yang mengganti dengan hari Minggu, sedangkan orang Islam menggantinya dengan hari Jum’at.


Tetapi perintah itu tidak diindahkan oleh orang-orang Yahudi dan akhirnya Allah mengutuk mereka akan bertabiat hina seperti kera. (Al Baqarah – Q S. 2 – 65)


Setelah itu Allah mengangkat Adam as. sebagai khalifah pertama dimuka bumi ditemani oleh Siti Hawa yang diambilkan dari bagian Adam ketika tidur atau ditidurkan.



Adam a.s. yang dimaksud bukanlah Manusia secara biologis melainkan sebagai lambang atau simbul dan sekaligus terangkatnya nilai-nilai kemanusian, kelaknya sebagai penguasa mahluk dimuka bumi ini.


Penemuan sejarah berdasarkan Ilmu Antropologi, menjelaskan bahwa semula Manusia berjalan dengan tidak terlampau tegak, dibantu oleh tangan dan masih telanjang.


Ketika itu belum terbentuk kehidupan yang beradab sehingga belum diketahui tentang kebajikan dan kejahatan atau hal-hal yang membuat/menyebabkan menjadi malu.


Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, maka Manusia mulai mengerti, rasa malu bertelanjang kemudian menutupi auratnya dengan dedaunan atau kulit pohon, demikian juga dengan pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan.


Bandingkan dengan anak-anak yang belum mendapat pengetahuan, tentang peradaban, maka mereka tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan mereka tidak malu bertelanjang.


Sebagaimana kisah Adam as. dan Siti Hawa sebelum mendekati atau memakan buah Khuldi *) dan sesudahnya.

*) peradaban.


Kisah terangkatnya Adam as. menjadi Khalifah dimuka bumi ini tertulis dalam Al Qur’an sbb.


Allah berfirman kepada Malaikat : “ Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi khalifah dimuka bumi “.
(Al Baqarah - Q S. 2 – 30).


Demikian juga dengan keberadaan Siti Hawa yang diambilkan dari tulang rusuk Adam as. merupakan lambang bahwa Siti Hawa adalah bagian dari orang laki-laki yang tak terpisahkan dan karena itu perempuan bukan dibawah atau untuk dikuasai oleh orang laki-laki, melainkan sebagai penolong sekaligus merupakan kekuatan bagi orang laki-laki.


Perempuan mempunyai kedudukan sejajar atau setara dengan kaum laki-laki, dan bahkan cenderung lebih kuat dari kaum laki-laki, dan hanya karena kesombongan kaum laki-lakilah yang menempatkan perempuan dinomor duakan.


Iblis dilaknat Allah karena kesombongannya yang menolak perintahNya, untuk tunduk kepada Adam as.


Iblis merasa lebih mulia, karena diciptakan dari api , sedangkan Adam as. hanya dari sari tanah, lagipula ia merasa diciptakan lebih dahulu dari pada Adam as.


Disamping karena kesombongannya, maka kata-kata dusta pulalah yang menyebabkan ia dikeluarkan dari Syurga, demikian juga dengan Adam as. yang mempercayai kata-kata dusta Iblis, maka iapun dikeluarkan dari Syurga, sebagai kurban pertama dari sebuah kedustaan.


Kelak Yahudi, Kristen dan Islam menempatkan kesombongan dan dusta sebagai dosa besar yang banyak mengantarkan Manusia masuk ke-Neraka.


Iblis digambarkan sebagai Ular binatang yang cerdik dan tempatnya pada tanah atau daerah subur, karena itu Ular merupakan lambang kesuburan, (harta, kekuasaan atau derajad).


Kelak Manusia sangat mudah tergoda oleh harta, kekuasaan atau derajad, sehingga berani melanggar Larangan Allah, sebagaimana Adam as. dan Siti Hawa melanggar Larangan Allah untuk tidak mendekati atau memakan buah Khuldi, karena kena godaan Syetan *).

*) baca : Harta, kekuasaan atau derajad.


Allah berfirman :
Sesungguhnya Manusia itu sangat ingkar kepada Allah dan tidak berterima kasih. Meskipun didalam hati kecilnya dia mengerti, tetapi dia tetap bakhil, karena cintanya kepada harta. (Al ‘Adiyat – Q. S. 100 - 6/8).



Dikisahkan salah seorang murid Isa as. bertanya : “ Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal ? “




Isa as. menjawab :
“ Mengapa kau katakan aku baik ? tak seorangpun yang baik selain Allah. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah ; Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayah dan ibumu “.




Muridnya menjawab :
“ Semuanya telah kuturuti sejak masa mudaku “.


Isa as. menjawab :
“ Hanya satu lagi kekuranganmu “ :
pergilah, jualah apa yang kau miliki dan berikan itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di-Syurga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah aku .


Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab ia banyak hartanya (ia orang kaya).


Melihat hal demikian Isa as. bersabda kepada murid-muridnya yang lain :

“ Wahai anak-anakku, alangkah sukarnya masuk Syurga. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum dari pada seorang kaya masuk Syurga “. {(Injil Markus 10 ( 18/26 )}


Iblis dilambangkan Ular binatang yang sangat cerdik, disamping sebagai lambang harta, kekuasaan atau derajad juga sebagai simbul dari kedustaan, karena harta, kekuasaan atau derajad semuanya sifatnya semu alias dusta atau tidak kekal dan kelak semuanya akan ditinggalkan oleh sipemiliknya, tetapi dicari dan cara memperolehnya sampai-sampai berani ingkar dan me langgar Larangan Allah.


Siti Hawa diciptakan dari bagian orang laki-laki dan sekaligus sebagai pembangkit syahwat laki-laki yang dapat mempengaruhi pola hidup kaum laki-laki, karena itu Iblis bukannya mempengaruhi Adam as. untuk melanggar Larangan Allah, karena Adam as. tidak akan mampu mempengaruhi Siti Hawa, tetapi sebaliknya Siti Hawalah yang akan mampu mempengaruhi Adam a.s.


Iblis mengerti bahwa Siti Hawa adalah paling membela Allah, dan kaum yang selalu ingin tahu, karena itu dipancinglah Siti Hawa, “ Bahwa Allah mempunyai alasan tersembunyi dibalik larangan itu, yaitu Allah ingin menyembunyikan sesuatu dari Manusia “.


Pancingan Iblis ternyata direspon oleh Siti Hawa yang langsung membela Allah, karena memperoleh perhatian, maka Iblis melanjutkan perkataannya dengan setengah dusta “ Kamu tidak akan mati, kamu akan dapat melihat, kebaikan dan kejahatan seperti Allah, jika kamu makan buah Khuldi itu “.


Kata – kata Iblis itu tidak semuanya dusta, tetapi berekor dan ekornya inilah yang menimbulkan kesengsaraan bagi umat Manusia.


Benar setelah makan buah Khuldi Adam as. dan Siti Hawa tidak mati, tetapi mereka dapat dikuasai oleh kematian yang akhirnya juga mati.


Benar mereka dapat melihat kebaikan dan kejahatan yang sebelumnya tidak pernah dilihatnya, tetapi tidak ada jaminan pengetahuan itu pasti mereka tetap berada di-Syurga.


Pengetahuan kebaikan dan kejahatan bagaikan pengetahuan orang dewasa yang pada waktu kecilnya pengetahuan itu tidak dimiliki.


Demikian juga perasaan malu, sewaktu masih kecil atau masih dekat dengan Allah, maka perasaan itu tidak dimiliki dan berbeda dengan ketika sudah dewasa, seiring dengan perkembangan pengetahuan tentang kebaikan dan kejahatan.


Manusia pada akhirnya dapat mengambil suatu keputusan yang terbaik untuk dirinya, tetapi tanpa disertai oleh kebijaksanaan sebagaimana yang dimiliki Allah dan itulah yang disembunyikan Iblis dan tidak disampaikan kepada Manusia.


Manusia tidak dapat memulihkan kembali kesalahannya dan menghilangkan rasa malunya akibat kesalahannya kepada Allah dan hanya karena kebijaksanaan Allah sajalah yang dapat menghilangkan rasa malu dan bersalahnya Manusia kepada Allah.


Selanjutnya Manusia menanggung hukuman akibat dari kesalahannya, untuk kaum hawa akan merasakan betapa sakitnya waktu melahirkan anak, diakibatkan dari dosanya yang mempengaruhi Adam as. untuk memakan buah larangan, demikian juga mengapa suami menjadi penguasa atas kaum Hawa, ular berjalan melata serta perjuangan Manusia yang tak henti-hentinya untuk mempertahankan hidupnya.


Sejak Adam as. dan Siti Hawa tergoda oleh kata dustanya Iblis sehingga melanggar Larangan Allah, maka hubungan Manusia dengan Allah menjadi renggang dan kelihatan ketelanjangannya.


Tegasnya setelah Manusia menyadari dan mengetahui jati dirinya akhirnya membuat hubungan antara Manusia dengan Allah menjadi renggang dan pada akhirnya jauh.


Kisah Iblis digambarkan sebagai ular binatang yang cerdik dan licik sebagai lambang dari kesuburan (harta, kekuasaan/derajad) yang semuanya adalah semu atau dusta, namun melupakan dan menjauhkan Manusia dari Allah dan kelak itulah yang menjerumuskan Manusia kepada tempat yang serendah-rendahnya yakni Neraka, sebagaimana kisah Adam as. dan Siti Hawa.


Kejahatan atau kedzaliman terjadi karena Manusia mengambil keputusan yang melanggar Syariat Allah.


Kisah-kisah Adam as. dibalik yang tersurat terdapat hal-hal tersirat yang didalamnya mengandung pengetahuan tentang kegagalan, frustasi dan pengharapan manusia.


Menurut versi-versi di dalam kitab-kitab suci baik Yahudi, Kristen dan Islam, menggambarkan bahwa Adam as. Adalah manusia pertama di dunia ini.


“Ketika aku mendengar, bahwa engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang, sebab itu aku bersembunyi”. (Kejadian 3 : 10)


Sangat sulit dibayangkan bagaimana kehidupan Adam as. Ia adalah seorang manusia yang pertama dan satu-satunya manusia tanpa memiliki masa kanak-kanak, tanpa orang tua, tanpa pendidikan yang diperoleh dari sekolah, tanpa rasa bersalah, berhubungan dekat dengan Allah swt. hidup dalam dunia yang sempurna, hidup dengan mengikuti aturan-Nya. Jadi kehidupan pada hari ini sangat jauh berbeda dengan masa kehidupan yang dialami oleh Adam as.


Tetapi dengan kitab-kitab suci tersebut kita dapat mengindentifikasi pergolakan-pergolakan yang dialaminya, antara lain :


(1) Adam as. malu untuk mengakui kesalahan-kesalahan dan ingin menghindari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.


(2) Anak-anaknya jatuh dalam masalah besar, merusak banyak dari impian-impiannya untuk masa depan mereka.


(3) Ia bekerja keras dan mendapatkan hasil yang lebih sedikit dalam kehidupannya, dan


(4) Sebagai orang yang lebih tua, semua hasil kerjanya tidak banyak yang dapat dibanggakan kecuali sebuah kebun kecil dan cucu-cucunya tercerai berai.



Tapi Adam as. masih mempunyai pengharapan dan memperoleh kabar baik, bahwa Allah swt. akan menurunkan utusan-utusan-Nya (Rasul-Rasul-Nya), sebagai juru selamat untuk menyelamatkan anak cucunya.


Selain Adam as. maka Hawa-pun mempunyai hal-hal yang tersirat didalam kisah-kisah yang dikemas oleh kitab-kitab suci agama Yahudi, Kristen (Nasrani) dan Islam, antara lain :


1. Menuruti keinginan-keinginan yang berbahaya, dan

2. Menghindari tanggung jawab.




1. Menuruti keinginan-keinginan yang berbahaya.


Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kejadian 3 : 6).


Pengetahuan kita tentang Siti Hawa sangat sedikit, wanita pertama di dunia, meskipun ibu kita semua. Siti Hawa merupakan bagian akhir yang rumit dan mengagumkan dari ciptaan Allah swt.


Seperti semua keturunannya, telah mewarisi kecenderungan untuk berbuat dosa, terutama ketika kita meragukan pemeliharaan Allah swt. didalam kehidupan kita ini.


Hawa lemah terhadap bujukan-bujukan Iblis, karena Iblis mengetahui kelemahan-kelemahan yaitu ketidak puasan. Bagaimana dia bisa merasa senang ketika dia tidak diijinkan untuk makan salah satu buah dari pohon itu ?


Hawa jatuh pada pemikiran bahwa suatu hal yang diluar jangkauannya akan bujukan-bujukan Iblis tanpa bertanya kepada Allah swt. apa yang akan dilakukan.


Senada dan seirama begitu juga kita, sering kita tertarik kepada begitu banyak hal yang kita miliki sampai pada hal kecil yang tidak kita miliki.


Kita terjebak dalam perasaan “Saya harus—memilikinya”. Kita membuka diri kita sendiri terhadap perilaku iri hati, tamak, dan bermacam-macam keegoisan demi untuk memuaskan hasrat-hasrat kita. Ketika kita mengikuti dorongan-dorongan itu, kepuasan yang kita temukan adalah palsu dan cepat berlalu.


Allah swt. telah memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan untuk memperoleh kebahagiaan, mengapa kita membuang-buang waktu untuk mengejar sesuatu yang bermutu rendah ?


Berfokuslah kepada semua yang Allah swt. berikan kepada kita, bukan pada hal kecil-kecil yang tidak kita miliki.



2.Menghindari tanggung jawab.


Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu, “Apakah yang telah kau perbuat ini ?” Jawab perempuan itu. “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan” (Kejadian 3 : 13).


Kejatuhan Adam dan Hwa kedalam dosa merupakan contoh pertama didalam sejarah manusia “yang menghindari tanggung jawab”.


Ketika Allah swt. bertanya kepada Adam as. tentang dosa perbuatannya, Adam as. menyalahkan Hawa, dan Hawa-pun ketiaka ditanya Allah swt . ia menjawab “ular itu yang memperdayakan aku—hal itu adalah kesalahan ular”. Demikian juga jika Ular ditanya iapun melemparkan kembali kesalahan itu pada Adam as. & Siti Hawa.


Betapa leganya Siti Hawa ketika Allah berpaling pada Ular dan memberi hukuman padanya, tetapi perasaan lega itu hanya sesaat saja dan Allah swt.-pun menolak untuk menerima rasionalisasinya dan menuntut tanggung jawab atas pelanggaran mereka.


Akibat-akibat pemberontakan Siti Hawa telah banyak diketahui, maka manusia meniru apa yang dilakukannya sejak saat itu.


Begitu mudah untuk membenrkan dosa kita dengan menyalahkan orang lain. Hal ini merupakan suatu suatu cara menghindarkan rasa sakit akibat berhadapan dengan Allah swt. dan orang lain. Tetapi Allah mengetahui segala sesuatu dan Allah swt. menuntut masing-masing dari kita untuk bertanggung jawab atas apa yang telah kita perbuat.


Akuilah dosa kita dan berserahlah kepada Allah, jangan mempersulit keadaan dengan menyalahkanorang lain.


Menyalahkan orang lain karena pelanggaran kita hanya akan menambah hukuman atas dosa kita.